Rabu, 22 April 2020

Membaca Al Quran dengan Tahsin Tilawah


Sahabat Elnizza tentu pernah mendengar istilah tajwid.

Tajwid merupakan suatu ilmu yang dengan ilmu itu kita dapat membaca Alquran dengan baik dan benar.

Tajwid secara bahasa artinya At-tahsin, yang artinya memperbaiki. Maka ada istilah Tahsin Tilawah, artinya memperbaiki bacaan Alquran.

Secara istilah, tajwid berarti membaca Alquran sebagaimana bacaan Rosulullah SAW dan para sahabatnya dengan mengeluarkan setiap huruf dari makhrojnya, serta memenuhi sifat huruf dan hukum bacaan.

Yang pertama kali mempraktekkan ilmu tajwid adalah Rosulullah SAW karena Alquran diturunkan kepada beliau dengan bertajwid sebagaimana beliau bertalaqqi kepada Jibril as.

Jibril as pun menerima dari Allah dengan tajwid tersebut. Demikian pula para sahabat, tabi'in, tabi'ut tabi'in, dan generasi berikutnya hingga sampai kepada kita.

Dengan cara itulah Alquran dipelajari sehingga kemurniannya terjaga hingga akhir zaman.

Oleh sebab itu, mempelajari ilmu tajwid menjadi sangat penting agar lidah terjaga dari kesalahan dalam membaca Alquran.

Akan tetapi, karena Alquran diturunkan secara talaqqi dari Allah SWT hingga sampai kepada kita, maka Alquran menjadi satu-satunya ilmu yang tidak dapat dipelajari secara otodidak.

Bacaan Alquran bukan berdasarkan ijtihad, melainkan riwayat. Begitu pula ilmu tajwid.

Oleh sebab itu, untuk dapat membaca Alquran dengan lancar dan benar maka seseorang harus bertalaqqi kepada seorang guru.

Talaqqi artinya membaca Alquran secara langsung dibimbing oleh seorang guru Alquran.

Dalam talaqqi, seseorang akan mendapat pengarahan yang benar setiap kali salah membaca.

Disinilah ia akan mendapatkan pencerahan tentang bagaimana mempraktekkan ilmu tajwid dalam bacaan Alqurannya.

Apakah cukup sampai disini dan seseorang sudah dapat dikatakan mampu membaca Alquran dengan tartil sebagaimana perintah Allah SWT dalam QS. Al Muzzammil ayat ke-4?

Ternyata tartil bukan hanya bacaan bertajwid.

Tapi tartil sebagaimana dikatakan oleh Imam Ali ra adalah mentajwidi huruf dan mengetahui seluk beluk waqof (tempat berhenti).

Oleh sebab itu, kuncinya kembali lagi ke proses talaqqi kepada seorang guru.

Suatu saat, tidak cukup kita hanya bertalaqqi kepada guru Alquran saja. Tapi kita juga perlu bertalaqqi kepada guru yang bersanad.

Artinya, guru tersebut telah memiliki bacaan Alquran yang diriwayatkan oleh setidaknya satu dari tujuh Imam Qiro'ah atau yang dikenal dengan sebutan Qiro'ah Sab'ah.

Namun perlu diingat, belajar Tahsin Tajwid Alquran merupakan sebuah proses yang harus dijalani secara bertahap.

Tidak mungkin kita bisa sampai ke tahap talaqqi kepada guru bersanad jika kita tidak memulainya dengan membetulkan satu per satu pengucapan huruf hijaiyyah.

Semua itu tentu harus diawali dengan tekad yang kuat untuk dapat mempersembahkan bacaan terbaik kita di hadapan Allah SWT, tekad untuk belajar tahsin.

Setelah adanya tekad untuk belajar, maka tantangan selanjutnya adalah bersungguh-sungguh dalam belajar dan konsisten menjalani proses yang memang tidak selalu mudah.

Harapan saya, semoga informasi ini menambah wawasan dan semangat Sahabat Elnizza untuk terus mempelajari Alquran.

Sehingga Allah merahmati kita semua dengan Alquran dan menjadikan kita orang yang senantiasa belajar dan mengajarkan Alquran.

Aamiin Yaa Robbal 'Aalamiin...

Selasa, 21 April 2020

Halal buat Kami, Haram Buat Tuan


Abdullah Bin Al-Mubarak Al Hanzhali Al Marwazi seorang ulama hadits yang sangat zuhud dari Merv, Khurasan menceritakan riwayat ini.

Suatu ketika, setelah selesai menjalankan ibadah haji, ia beristirahat dan tertidur.

Dalam tidurnya ia bermimpi melihat dua malaikat yang turun dari langit.

Ia mendengar percakapan mereka :

“Berapa banyak yang datang tahun ini?”
tanya malaikat kepada malaikat lainnya.

“Enam ratus ribu,” jawab malaikat lainnya.

“Berapa banyak mereka yang ibadah hajinya diterima?”

“Tidak satupun”.

Percakapan ini membuat Abdullah gemetar.

“Apa?”

Ia pun menangis dalam mimpinya.

“Semua orang-orang ini telah datang dari belahan bumi yang jauh, dengan kesulitan yang besar dan keletihan di sepanjang perjalanan, berkelana menyusuri padang pasir yang luas, dan semua usaha mereka menjadi sia-sia?”

Sambil gemetar, ia melanjutkan mendengar cerita kedua malaikat itu.

“Namun ada seorang ............,
yang meskipun tidak datang menunaikan ibadah haji, tetapi ibadah hajinya diterima dan seluruh dosanya telah diampuni.

Berkat dia seluruh haji mereka diterima oleh Allah.”

“Kok bisa”

“Itu Kehendak Allah”

“Siapa orang tersebut?”

“Sa’id bin Muhafah tukang sol sepatu di kota  Damaskus, di negeri Syam.

Mendengar percakapan tersebut, Abdullah bin Mubarok langsung terbangun.

Sepulang haji, ia tidak langsung pulang Khurasan, tapi langsung menuju kota Damaskus, di negeri Syam.

Sampai disana ia langsung mencari tukang sol sepatu yang disebut Malaikat dalam mimpinya.

Hampir semua tukang sol sepatu ditanya, apa memang ada tukang sol sepatu yang namanya Sa’id bin Muhafah.

“Ada, di tepi kota”
Jawab salah seorang sol sepatu sambil menunjuk-kan arahnya.

Sesampai disana, Abdullah bin Mubarok menemukan seorang tukang sol sepatu yang berpakaian lusuh.

“Benarkah anda bernama Sa’id bin Muhafah?” tanya Abdullah bin Mubarok.

“Betul, siapa tuan?”

“Aku Abdullah bin Mubarak”

Said pun terharu, "Tuan adalah ulama terkenal, ada apa mendatangi saya?”

Sejenak Abdullah bin Mubarok kebingungan, dari mana ia memulai pertanyaanya.

Akhirnya ia pun menceritakan perihal mimpinya.

“Saya ingin tahu, adakah sesuatu yang telah anda perbuat, sehingga anda berhak mendapatkan pahala haji mabrur?”

“Wah saya sendiri tidak tahu!”

“Coba ceritakan bagaimana kehidupan anda selama ini.....

Maka Sa’id bin Muhafah pun bercerita.

“Setiap tahun, setiap musim haji, aku selalu mendengar lantunan dia dari jama'ah haji:

Labbaika Allahumma labbaika.

Labbaika la syarika laka labbaika.

Innal hamda wanni’mata laka wal mulka. laa syarika laka.

"Ya Allah, aku datang karena panggilanMu.

Tiada sekutu bagiMu.

Segala ni’mat dan puji adalah kepunyaanMu dan kekuasaanMu.

Tiada sekutu bagiMu."

Setiap kali aku mendengar itu, aku selalu menangis.

Ya allah aku rindu Mekah.
Ya Allah aku rindu melihat kabah.
Ijinkan aku datang…..
Ijinkan aku datang ya Allah..

Oleh karena itu, sejak puluhan tahun yang lalu setiap hari saya menyisihkan uang dari hasil kerja saya, sebagai tukang sol sepatu.

Sedikit demi sedikit saya kumpulkan.

Akhirnya pada tahun ini, saya punya 350 dirham, cukup untuk saya berhaji.

“Saya sudah siap berhaji”

“Tapi anda batal berangkat haji”

“Benar”

“Apa yang terjadi?”

“Istri saya hamil, dan sering ngidam.

Waktu saya hendak berangkat saat itu dia ngidam berat”

“Suamiku, apakah engkau mencium bau masakan yang nikmat ini?

“Ya sayang”

“Cobalah kau cari, siapa yang masak sehingga baunya nikmat begini.

Mintalah sedikit untukku”

"Tuan, sayapun mencari sumber bau masakan itu.

Ternyata berasal dari gubuk yang hampir runtuh.

Disitu ada seorang janda dan enam anaknya.

Saya bilang padanya bahwa istri saya ingin masakan yang ia masak, meskipun sedikit.

Janda itu diam saja memandang saya, sehingga saya mengulangi perkataan saya.

Akhirnya dengan perlahan ia mengatakan :

“Tidak boleh tuan.”

“Dijual berapapun akan saya beli.”

“Makanan itu tidak dijual, tuan.” katanya sambil berlinang mata.

Akhirnya saya tanya kenapa?

Sambil menangis, janda itu berkata, “Daging ini halal untuk kami dan haram untuk tuan”.

Dalam hati saya:
Bagaimana ada makanan yang halal untuk dia, tetapi haram untuk saya, padahal kita sama-sama muslim?

Karena itu saya mendesaknya lagi.

“Kenapa?”

“Sudah beberapa hari ini kami tidak makan.

Dirumah tidak ada makanan.

Hari ini kami melihat keledai mati, lalu kami ambil sebagian dagingnya untuk dimasak.

“Bagi kami daging ini adalah halal, karena andai kami tak memakannya kami akan mati kelaparan.

"Namun bagi Tuan, daging ini haram".

Mendengar ucapan tersebut spontan saya menangis, lalu saya pulang.

Saya ceritakan kejadian itu pada istriku, diapun menangis.

Kami akhirnya memasak makanan dan mendatangi rumah janda itu.

“Ini masakan untuk mu.”

Uang peruntukan Haji sebesar 350 dirham pun saya berikan pada mereka.

”Pakailah uang ini untuk mu sekeluarga. Gunakan untuk usaha, agar engkau tidak kelaparan lagi.”

Ya Alloh………disinilah Hajiku
Ya Alloh……… disinilah Mekahku.

Mendengar cerita tersebut Abdullah bin Mubarak tak bisa menahan air mata....