Selasa, 24 Mei 2016

Ngaji Tahsin Online


Tahsin secara bahasa artinya memperbaiki. Secara istilah, tahsin berarti membaca al-qur'an dengan benar sebagaimana bacaan Rosulullah SAW dan para sahabatnya dengan cara memperhatikan hukum-hukum bacaan, mengeluarkan huruf dari makhrojnya, serta memperindah suara.

Ngaji tahsin? Buat apa sih? Masih zaman ya ngaji hari gini? Mungkin pertanyaan itu yang muncul di benak sebagian orang ketika membaca judul di atas.

Sepenting apa sih ngaji tahsin itu? Apa "setua" ini kita juga masih harus ngaji tahsin? Buat apa? Dulu kan sudah pernah ngaji di TPA. Sekarang pun masih sering ikut "ta'lim" kok.

Eitt.. Jangan salah, kawan. Ngaji tahsin memang tidak akan pernah ada habisnya. Apa kita yakin bacaan qur'an kita sudah sesuai dengan bacaan Rosulullah SAW? Atau kita bisa menjamin lidah kita tidak salah ketika membaca al-qur'an?

Itulah kenapa kita perlu ngaji tahsin. Bahkan orang yang sudah bertahun-tahun ngaji tahsin saja masih harus terus-menerus berlatih dan memperbaiki bacaannya.

Ngga rugi kok ngaji tahsin. Berikut ini ada beberapa keutamaan ngaji tahsin.

Pertama, belajar tahsin dan mengajarkan tahsin merupakan amal terbaik. Dalam sebuah hadits riwayat Al-Bukhori Rosul SAW bersabda, "Sebaik-baik kalian adalah orang yang belajar al-qur'an dan mengajarkannya."

Kedua, orang yang ngaji tahsin mendapat sakinah dan rahmat. Rosul yang mulia bersabda dalam hadits riwayat Muslim, "Tidak berkumpul suatu kaum di salah satu rumah Allah untuk membaca dan mempelajari al-qur'an kecuali turun atas mereka sakinah dan rahmat serta diliputi oleh malaikat serta Allah sebut di hadapan (malaikat) di sisi-Nya."

Ketiga, ngaji tahsin merupakan kesibukan yang sangat terpuji di sisi Allah SWT. Dalam sebuah hadits qudsi riwayat At-Turmudzi Rosul SAW bersabda, "Allah berfirman siapa yang sibuk dengan al-qur'an dan dzikir dari meminta pada-Ku akan Ku beri sebai-baik pemberian-Ku kepada orang-orang yang meminta dan kelebihan kalam Allah atas kalam lain seperti kelebihan Allah atas makhluk-Nya."

Keempat, orang yang ngaji tahsin kelak akan mendapat derajat yang tinggi. Rosul SAW bersabda dalam sebuah hadits riwayat Bukhari dan Muslim, "Orang yang membaca al-qur'an dengan mahir akan bersama-sama malaikat yang mulia lagi taat."

Kelima, orang yang ngaji tahsin kelak akan mendapat syafa'at di hari kiamat. Dalam hadits riwayat Muslim Rosul SAW bersabda, "Bacalah al-qur'an, sesungguhnya ia pada hari kiamat akan datang menolong pembacanya."

Nah, luar biasa kan keuntungan ngaji tahsin? Lalu, tunggu apa lagi? Apalagi sekarang ini kecanggihan teknologi sudah di depan mata. 

Ngga punya waktu untuk ngaji tahsin di kelas? Tenang, sekarang kamu bisa ngaji tahsin online lewat pc atau smartphone (yang mendukung aplikasi video call seperti skype, zoom, google duo, dll.). Mudah kan?

Sabtu, 14 Mei 2016

8 Tips Menghafal Al-Qur'an Semudah Fesbukan



1. Menghafal tidak harus hafal
Allah memberi kemampuan menghafal dan mengingat yang berbeda-beda pada tiap orang. Bahkan imam besar dalam ilmu qiroat, guru dari Hafs -yang mana bacaan kita merujuk pada riwayatnya- yaitu Imam Asim menghafal Al-Quran dalam kurun waktu 20 tahun. Target menghafal kita bukanlah ‘ujung ayat’ tapi bagaimana kita menghabiskan waktu (durasi) yang sudah kita agendakan HANYA untuk menghafal.

2. Bukan untuk diburu-buru, bukan untuk ditunda-tunda
Kalau kita sudah menetapkan durasi, bahwa dari jam 6 sampe jam 7 adalah WAKTU KHUSUS untuk menghafal misalnya, maka berapapun ayat yang dapat kita hafal tidak jadi masalah. Jangan buru-buru pindah ke ayat ke-2 jika ayat pertama belum benar-benar kita hafal. Nikmati saja saat-saat ini. Saat dimana kita bercengkrama dengan Allah. satu jam lho. Masak untuk urusan duniawi delapan jam betah, hehe. Inget, satu huruf melahirkan sepuluh pahala bukan?
So, jangan buru-buru. Tapi ingat, juga bukan untuk ditunda-tunda. Habiskan saja durasi menghafal secara ‘PAS’.

3. Menghafal bukan untuk khatam, tapi untuk setia bersama Qur’an
Kondisi HATI yang tepat dalam menghafal adalah BERSYUKUR bukan BERSABAR. Tapi kita sering mendengar kalimat “Menghafal emang kudu sabar”, ya kan? Sebenarnya gak salah, hanya kurang pas saja. Kesannya ayat-ayat itu adalah sekarung batu di punggung kita, yang cepat-cepat kita pindahkan agar segera terbebas dari beban (khatam). Bukankah di awal surat Thoha Allah berfirman bahwa Al-Qur’an diturunkan BUKAN SEBAGAI BEBAN. Untuk apa khatam jika tidak pernah diulang? Setialah bersama Al-Qur’an.

4. Senang dirindukan ayat
Ayat-ayat yang sudah kita baca berulang-ulang namun belum juga nyantol di memory, sebenarnya ayat itu lagi kangen sama kita. Maka katakanlah pada ayat tersebut “I miss you too…” hehe. Coba dibaca arti dan tafsirnya. Bisa jadi ayat itu adalah ‘jawaban’ dari ‘pertanyaan’ kita. Jangan buru-buru suntuk dan sumpek ketika gak hafal-hafal. Senanglah jadi orang yang dirindukan ayat.

5. Menghafal sesuap-sesuap
Nikmatnya suatu makanan itu terasa ketika kita sedang memakannya, bukan sebelum makan bukan pula setelahnya. Nikmatnya menghafal adalah ketika membaca berulang-ulang. Dan besarnya suapan juga harus pas di volume mulut kita agar makan terasa nikmat. Makan pake sendok teh gak nikmat karena terlalu sedikit, makan pake centong nasi bikin muntah karena terlalu banyak. Menghafal-pun demikian. Jika “‘amma yatasa alun” terlalu panjang, maka cukuplah “‘amma” diulang-ulang. Jika terlalu pendek maka lanjutkanlah sampai “‘anin nabail ‘adzhim” kemudian diulang-ulang. Sesuaikan dengan kemampuan ‘mengunyah’ masing-masing anda.

6. Fokus pada perbedaan, abaikan persamaan
“Fabi ayyi alaa’i rabbikuma tukadz dziban” jika kita hafal 1 ayat ini, 1 saja maka sebenarnya kita sudah hafal 31 ayat dari 78 ayat yg ada di surat Ar-Rahman. Sudah hampir separuh surat kita hafal. Maka ayat ini dihafal satu kali saja, fokuslah pada ayat sesudahnya dan sebelumnya yang merangkai ayat tersebut.

7. Mengutamakan durasi
Seperti yang dijelaskan di atas, komitmenlah pada DURASI bukan pada jumlah ayat yang akan dihafal. Ibarat argo taxi, keadaan macet ataupun di tol dia berjalan dengan tempo yang tetap. Serahkan satu jam kita pada Allah.. syukur-syukur bisa lebih dari satu jam. Satu jam itu gak sampe 5 persen dari total waktu kita dalam sehari loh! Lima persen untuk Al-Quran, harus bisa dong ah…

8. Pastikan ayatnya bertajwid
Cari guru yang bisa mengoreksi bacaan kita. Bacaan tidak bertajwid yang ‘terlanjur’ kita hafal akan sulit dirubah/diperbaiki di kemudian hari (setelah kita tahu hukum bacaan yang sebenarnya). Jangan dibiasakan otodidak dalam hal apapun yang berkaitan dengan Al-Qur’an; membaca, mempelajari, mentadabburi, apalagi mengambil hukum dari Al-Quran.

Sumber: Arrahmah.com